Minggu, 25 Maret 2012

Keterlibatan Amerika Serikat di Timur Tengah

            Timur Tengah memiliki posisi geografis yang sangat penting bagi dunia karena kawasan ini poros dari jalur duina antara benua eropa, asia, dan afrika. Selain memiliki posisi geografis yang menarik, keunggulan timur tengah terletak pada cadangan minyak yang mencapai 70% cadangan minyak dunia.
            Tidak jauh berbeda dengan Inggris, Portugal, Spanyol dan negara-negara Eropa lainnya pada masa kejayaan revolusi industri, tiga abad silam. Amerika -dengan kemajuan hasil industri dan teknologinya- sangat membutuhkan bahan-bahan baku dan bahan penopang lainnya. Semua itu demi melanggengkan kegiatan industri dan ekonomi dalam negerinya.
Untuk itu, pada tahun 1932-1934, ketika ditemukan sumber minyak di Bahrain, Saudi dan Kuwait, Amerika mulai mengembangkan sayapnya di kawasan penghasil minyak tersebut. Amerika kemudian berhasil mendapatkan konsesi untuk ikut memanfaatkan hasil bumi itu.
Semenjak saat itu, dan dilanjutkan pada masa presiden Roosevelt, Amerika memulai melakukan kegiatan intervensinya yang dikemas dalam bentuk politik luar negeri. Semua itu dilakukan dalam rangkamemperkokoh hegemoninya di kawasan berpenduduk mayoritas muslim tersebut. Perlu diketahui, Roosevelt berpandangan bahwa kawasan Timur Tengah adalah kawasan penghasil minyak raksasa di dunia.
Pada tahun 1944, Roosevelt mengadakan negosiasi bersama duta besar Inggris, untuk saling menggunakan minyak bumi Timur Tengah. “Minyak kawasan Persia adalah milik kalian. Kita bagi bersama minyak Irak dan Kuwait. Sedangkan mengenai Saudi Arabia, maka minyaknya adalah milik kita bersama”, tegas Roosevelt. Sehingga pada tanggal 8 Agustus 1944, ditandatanganilah perjanjian Inggris-Amerika, untuk saling memanfaatkan hasil minyak bumi Timur Tengah.
Sewaktu Uni Soviet masih eksis, Amerika berusaha dengan sekuat tenaga untuk memperkecil pengaruh ekspansi Uni Soviet di kawasan Timur Tengah. Amerika menerapkan politik pengurungan dan penahanan gerak Uni Soviet (political containment). Pada masa Reagan, Amerika mengumumkan kesediannya mensupport para tenaga perang sukarelawan (freedom fighter) di seluruh dunia. Dengan menggunakan prinsip ini, Amerika berhasil memberhentikan ekspansi Uni Soviet secara keseluruhan.
Secara otomatis, ketika Uni Soviet runtuh pada awal 1990-an, Amerika mulai mengadakan perubahan-perubahan dalam sistem politik luar negerinya. Semenjak saat itu Amerika Serikat semakin leluasa menegaskan hegemoninya di kawasan Timur Tengah. Terlebih dengan berdirinya negara Israel (1948), sebagai negara pertama yang mengakui berdirinya Israel, Amerika lebih leluasa mempengaruhi kebijakan-kebijakan politik beberapa negara di Timur Tengah. Berbagai intervensi diterapkannya.

Faktor Kepentingan Amerika Serikat dalam Politik Timur Tengah

            Kawasan timur tengah merupakan kawasan yang strategis karena kawasan ini merupakan jalur pertemuan dari tiga benua Asia, eropa dan afrika. Dalam perkembangan politik luar negerinya Amerika Serikat sebagai negara adi daya secara terang-terangan telah terlibat dalam gejolak politik dan keamanan di kawasan timur tengah. KeterlibataAmerika Serikat dalam politik negara-negara di kawassan Timur Tengah memiliki beberapa faktor kepentingan diantaranya; faktor ekonomi, faktor politik, keamanan dan militer.

Kepentingan Politik

            Kepentingan politikAmerika Serikat di kawasan timur tengah tidak lain berlandaskan ideologi yang mereka anut. Meminjam istilah james baker Amerika Serikat sering membanggakan diri sebagai Champion of democracy (juara demokrasi) yang tentunya terus menyuarakan liberal kapitalis dan berusaha membendung ideologi-ideologi yang bersifat sosialis radikal. Oleh karenannya Amerika Serikat terus berusaha menjaga hubungan baik dengan negara saudi arabia sebagai negara yang memiliki peranan penuh atas kebijakan-kebijakan timur tengah. Meskipun uni soviet sebagai ancaman terbesar Amerika Serikat dikawasan Timur Tengah dan asia telah tumbag dengan berakhirnya perang dingin namun semangat persahabatan Amerika Serikat terhadap saudi arabia tidak luntur hal ini menurut Sidik zatmika (2001; 187-188) adalah untuk menghadapi dan membendung gerakan oleh kelompok-kelompok islam yang disebutnya sebagai funddamentalis, ekstrimis, atau terorisme islam, hal inilah yang menjadi alasan utama mengapa Amerika Serikat ikut campur dalam masalah-masalah di timur tengah seperti masalah antara irak dan iran, serta masalah negara mesir dan dukungannya terhadap israel.
            Sementara menurut  Mayor Inf Andy Irawan Ch, S.Sos, yang merupakan Kasidokin Ditjakstra Strahan Kemhan RI keikut sertaan Amerika Serikat dalam masalah di Timur Tengah tidak terlepas dari doktrin baru yang muncul paska perang dingin yaitu perluasan hegemoni yang berlandaskan atas kaeyakinan bahwa dunia baru akan dikuasai oleh liberalismenya amerika. Pendapat tersebut beralasan, mengingat campurtangan Amerika Serikat terhadap urusan dalam negeri atau antar negara bukan hanya di Timur Tengah namun banyak di kawasan lain misalnya saja di korea dan vietnam yang dibahas dalam diskusi sebelumnya.

Kepentingan Ekonomi

Kebijakan luar negeri suatu negara tidak dapat dilepaskan dari aspek ekonomi yang mendasarinya. Jika melihat masalah yang dihadapi amerika faktor ekonomi sangat berpengaruh dalam kebijakan luar negerinya di timur tengah, kawasan yang memiliki lebih dari 70% cadangan minyak dunia. Sementara Amerika Serikat sendiri hanya memiliki kurang dari 3% dari cadangan minyak dunia atau sekitar 30,4 milyar barel termasuk kawasan alaska dan artic.
Sebagai konsumen minyak terbesar di dunia, Amerika Serikat sama sekali tidak menggantungkan pada minyak timur tengah, hal ini di karenakan amerika memiliki produsen minyak di dua kawasan di atas. Kepentingan Amerika Serikat didasarkan agar tetap lancarnya suplai minyak di kawasan timur tengah dan dan terjaganya hak-hak eksplorasi perusahaan-perusahaan Amerika Serikat di kawasan itu.
Selain dari minyak kepentingan ekonomi Amerika Serikat yang lain adalah penjualan senjata yang dikenal melalui military industrial complex (MIC). Antara tahun 1970-an sampai 1981 Amerika Serikat merupakan pengekspor senjata terbesar dunia. Sebagai kawasan yang rawan konflik Timur Tengah menerima suplai yang cukup banyak terhitung tahun 1974 negara-negara Timur Tengah menyerap 57% dari total senjata yang diekspor ke seluruh dunia hal ini menyebabkan keuntungan yang luar biasa bagi Amerika Serikat mencnapai 10% atau mencapai 10 milyar USD.

Keamanan dan Militer

            Hingga dewasa kini, ternyata teori domino dan strategi pembendungan masih diyakini oleh para pengambil kebijakan luar negeri Amerika Serikat. Mereka masih sangat percaya jika sebuah kawasan dikuasai oleh musuh maka akan mudah kawasan-kawasan lain ditaklukan oleh musuh pula. Misalnya saja jika mesir jatuh ketangan militan muslim, maka cepat atau lambat kawasan afrika utara akan jatuh pula, jika iran jatuh ke tangan saddam husein maka kawasan semenanjung arab akan jatuh pula dan untuk mengatasi prediksi domino tersebut diperlukan strategi pembendungan.
       AS memandang Timur Tengah sebagai kawasan penting dan khusus karena kepentingannya di teluk, samudra india dan afrika banyak ditentukan oleh kekuatan Amerika Serikat di Timur Tengah. Tujuan Amerika Serikat sangat jelas yaitu memperkokoh militernya dikawasan Timur Tengah, menekan gerakan-gerakan radikal, dan memelihara status quo atas saluran minyak dari Timur Tengah, dan terutama membendung kekuatan persatuan timur tengah dengan mendirikan basis-basis militer yang sejatinya melanggar

Bentuk-bentuk Campur tangan Amerika Serikat di timur tengah

      Bentuk dari campur tangan Amerika Serikat dalam masalah-masalah di kawasan Timur Tengah cukup kompleks hampir saja semua masalah internal maupun eksternal negara-negara di kawasan Timur Tengah didalamnya ada campur tangan Amerika Serikat, misalnya saja masalah pemberontakan militan di mesir, masalah revolusi iran, perang irak-iran, perang irak-kuwait, masalah demokratisasi saudi arabia, dan banyak lagi masalah Timur Tengah yang didalamnya terdapat campur tangan Amerika Serikat. Dalam makalah ini penyusun mengambil sampel hubungan Amerika Serikat dengan saudi arabia sebagai negara yang memiliki hegemoni besar di Timur Tengah, keterlibatan Amerika Serikat dalam perang panjang Teluk, dan garis besar campur tangan Amerika Serikat di negara lain.

Hubungan Amerika Serikat dan Saudi Arabia

        Sejauh yang kita tahu, negara Amerika Serikat adalah negara yang paling gontol menyuarakan demokrasi, Amerika Serikat berusaha untuk menyuarakan ke-demokrasi-annya ke seluruh lapisan dunia bahkan ia tidak segan melawannya dengan militer, misalnya saja upaya-upaya Amerika Serikat dalam membendung ideologi komunis, namun kenyataannya mengapa saudi arabia yang notabennya berbentuk monarkhi absolut dan berkuasa secara otokrasi justru mendapat perhatian baik dari as?. Untuk mengetahui latar belakang utama politik standard ganda tersebut, kiraya kita tahu terlebih dahulu hubungan antara saudi arabia dan Amerika Serikat.
Saudi arabia merupakan negara arab yang paling dekat dengan Amerika Serikat, politik luar negeri Saudi Arabia didasari oleh tiga prinsip yaitu; pertama, kesamaan bahwa keduanya anti komunis dan anti radikal-revolusioner; kedua, kesamaan tujuan terciptanya stabilitas dan keamanan di kawasan teluk; dan yang ketiga, keinginan terus mengalirnya minyak dari kawasan teluk ke negara-negara industri. Ketiga kesamaan kepentingan inilah yang melandasi kedua pihak untuk tetap menjalin hubungan baik secara komplementer, meskipundalam prakteknya Amerika Serikat lebih berperan sebagai pahlawan keamanan terhadap integritas wilayah sa.
Hubungan antara Amerika Serikat dan Saudi Arabia dimulai dengan ditemukannya minyak dikawasan timur semenanjung arabia. Pada 29 mei 1933 standard oil company dari california memperoleh konsesi penambangan minyak selama 60 tahun dan memulai perkembangan ekonomi Saudi Arabia yang mengalami krisis akibat depresi dunia. Pengeboran minyak di Saudi Arabia semakin meluas diantaranya di dahram, damman, abqaiq, dan abu hadriya, dan selanjutnya pemerintah samendirikan penambangan dengan modal dari amerika dan inggris. Perusahaan-perusahaan asing ini bergerak tanpa perlindungan Amerika Serikat, karena hingga 1940-an Amerika Serikat tidak menganggap penting kawasan Amerika Serikat. Baru saat meletusnya pd II hubungan antara Amerika Serikat dan Saudi Arabia semakin meningkat. Meskipun pemerintah Saudi Arabia menetapkan posisi netral namun dalam prakteknya banyak kebijakan Saudi Arabia yang menguntungkan sekutu seperti perijinan pendirian pangkalan militer Amerika Serikat dikawasan Saudi Arabia meskipun perundingan ini di rahasiakan untuk menjaga netralitas Saudi Arabia di mata dunia.
Hubungan kedua negara semakin ditingkatkan terbukti pada 1942 tim pertanian Amerika Serikat berusaha meningkatkan produktifitas kawasan oase  al-kahrj, di susul dengan pelatihan militer Saudi Arabia oleh Amerika Serikat dan inggris pada 1943.
Meskipun hubungan kedua negara tersebut terus meningkat, dan perbedaan pandang ideologi politik yang berbeda sama sekali tidak mengoyak hubungan mereka, ketegangan-ketegangan kecil muncul dalam tema zionismee dimana Amerika Serikat berusaha memasukkan 100 orang yahudi ke kawasan palestin tepatnya pada masa pemerintahan trouman. Kebijakan tersebut mencundangi pernyataan kedua belah pihak tertanggal 16 agustus 1945 dan piagam resolusi PBB. Riak kecil ini tidak memutus hubungan kedua pihak, bahkan setelah masalah ini selesai hubungan kedua negara semakin erat.
Dalam doktrin carter, dinyatakan bahwa Timur Tengah merupakan kawasan yang penting bagi Amerika Serikat. Kepentingan Amerika Serikat berkisar pada:
  • Mengusahakan agar sumber-sumber alam Timur Tengah tidak jatuh ketangan musuh

  • Menjamin tersalurnya sumber-sumber alam penting bagi industri dan militer Amerika Serikat bersama sekutunya
  • Menjaga mengalirnya keuntungan investasi dan usaha-usaha as
  • Menjaga kredibilitas dengan memenuhi komitmen Amerika Serikat di Timur Tengah
  • Meneruskan hak transit dan over flight bagi pesawat dan kapal laut
  • Menjaga eksistensi penguasa-penguasa Timur Tengah yang menjadi sekutu Amerika Serikat
  • Mempertahankan diri dari ancaman-ancaman kelompok yang membahayakan dominasi Amerika Serikat dan persekutuan barat di Timur Tengah.

Jika kita melihat bahwa sangat terasa keanehan hubungan antara Ameriksa Srikat dengan arab saudi, arab saudi yang berhaluan monarki absolut dengan menerapkan sistem otokrasi bisa didukung oleh Amerika Serikat yang menyuarakan anti otokrasi dan sebagai Champion of democracy dunia. Dengan putusnya hubungan antaraAmerika Serikatdan arab saudi akan mempersulit upaya Amerika Serikat dalam mengontrol politik timur tengah dan akan menurunkan hegemoni Amerika Serikat terhadap Timur tengah. Oleh karenanya Amerika Serikat terus berupaya menjaga hubungan baik dengan negara0negara Islam sementara di balik itu juga menjadi bagian dari musuh negara islam dalam memandang konflik Palestine0Israel.

Campurtangan Amerika Serikat dalam perang teluk

Perang Teluk I (Irak-Iran, 1980-1988)
            Pada mulanya terjadi perselisihan Iran-Irak. Perselisihan ini timbul setelah berkecamuknya pemberontakan kaum Syiah di Karbala dan Najev. Akibat perselisihan itu, Irak mencabut kesepakatan batas kedua negara di Aljazair (1975). Lalu Saddam Husein melakukan invasi sebagai balasan untuk Iran atas pemberontakan kaum Syi’ah ke wilayah Iran.
Perselisihan tersebut merupakan peluang empuk bagi Amerika untuk melakukan intervensi. Dendam kesumat Amerika masih belum sirna, setelah revolusi Iran berhasil dengan baik. Apalagi Amerika dan negara-negara Eropa lainnya juga merasa khawatir impor minyak dari Iran terputus, karena perang saudara tersebut.
Selain itu, usaha memecah belah kekuatan dua negara Islam tersebut juga tidak luput dari target Amerika. Buktinya, Amerika Serikat menggagalkan usaha PBB untuk menjatuhkan sangsi kepada rezim Saddam Hussein yang telah melakukan agresi. Bantuan demi bantuan pun mengalir untuk Irak, dalam hal politik, ekonomi dan militer. Anehnya, Amerika tidak hanya menyokong Irak untuk melakukan invasinya terhadap Iran. Tetapi bersamaan dengan itu pula, melalui jalur Israel, Amerika Serikat memberikan bantuan persenjataan dan militer kepada Iran.
Tidak hanya itu, bantuan badan intelijen Amerika pun dikirimkan ke Irak, untuk mempergunakan satelit bayangan Amerika. Semua itu demi membantu Irak mengalahkan tentara Iran. Amerika Serikat tahu benar waktu itu, bahwa Irak telah menggunakan senjata kimia terlarang untuk melawan tentara Iran. Amerika juga memanfaatkan senjata kimia tersebut untuk melawan bangsa Kurdi. Bahkan hal ini semakin memperbesar dukungan Amerika Serikat terhadap rezim Saddam Husein. Di sisi lain Iran dituduh telah melakukan pembunuhan sadis.
Pada tahun 1985-1988, Amerika secara rahasia mengirimkan bantuan persenjataan ke Iran, berupa 1000 ton peluru anti-tank dan radar.
Pada tahun 1987, Amerika mengirimkan armada lautnya ke teluk Persia untuk mencegah Iran dari pemutusan minyak Irak. Selama patroli ini, kapal laut Amerika menembak jatuh pesawat terbang reguler Iran dan menewaskan 290 penumpangnya. Di tahun ini juga, Amerika mengirimkan armada lautnya untuk melindungi kapal-kapal Kuwait, yang dipakai untuk mendukung invasi Irak. Juga untuk melancarkan beberapa pertempuran bersenjata dengan pertahanan laut Iran dan membom daerah pesisir negeri Iran.
Ketika Irak menyerang kapal milik angkatan laut Amerika bulan Mei 1987, yang menewaskan 37 pelaut, Amerika menerima alasan Irak bahwa kejadian tersebut hanya semacam kecelakaan meskipun fakta mengatakan sebaliknya.
Perang Iran-Irak usai 1988. Merasa mendapatkan kemenangan perang dan atas dasar dukungan-dukungan Amerika terhadap Irak di atas, Saddam Husein semakin besar hati. Ia berkeinginan untuk menguasai tetangganya, Kuwait. Maka terjadilah perang Teluk.
Perang Teluk II (Irak Kuwait,1991)
Di masa perang teluk ini, Amerikalah yang lebih mempunyai peran penting dalam semua kejadian perang. Intervensi yang dilancarkannya demi menghancurkan kedua kekuatan di Timur Tengah ini semakin halus dan mendapat tempat di kedua belah pihak.
Semula, Saddam Husein merasa bahwa Amerika akan berada di pihaknya. Untuk itu, ia melaksanakan beberapa hubungan baik dengannya. Namun, harapan Irak hancur ketika Amerika menganggap bahwa kekuatan Irak saat itu tidak memadai. Amerika akhirnya dengan licik mengucurkan bantuannya kepada negara-negara Arab lainnya untuk membantu Kuwait. Terlebih ketika Arab Saudi dan Kuwait meminta bantuannya, disamping bantuan militer Perancis, Inggris dan beberapa negara Arab sendiri.
Dalam kesempatan ini, Amerika, yang dapat mempengaruhi PBB, memanfaatkan konflik yang terjadi antar dua negara penghasil minyak ini untuk semakin menyatakan hegemoninya di kawasan Timur Tengah. Amerika Serikat hendak menguatkan genggamannya di teluk persia, menyalahkan kebijakan Irak dan menolak berhubungan diplomatik dengannya. Kemudian menjatuhkan sangsi, dan mempersiapkan penyerangan militer terhadap Irak secara besar-besaran.
Pada bulan Januari 1991, Amerika bersama sekutunya meluncurkan operasi gurun badai (Operation Desert Storm). 42 hari setelah itu, Amerika dan sekutu berencana mengepung Irak dengan suplay 88000 ton bom. Target pengepungan ini adalah menghancurkan pusat listrik dan air milik Irak. Di bulan Februari, Amerika dan sekutu memulai peperangan darat selama 100 jam. Mereka mengirimkan tentara bersenjata berat ke sebelah selatan Irak. Sehingga menewaskan sekitar 100.000 sampai 200.000 bangsa Irak.
Di musim semi 1991, kaum syiah dan bangsa Kurdi di utara Irak berdemo melawan pemerintahan Saddam Husein. Pada mulanya Amerika dan mendukung pemberontakan ini. Namun kemudian mengkhawatirkan kerusuhan dan ketidakstabilan di kawasan tersebut. Amerika Serikat akhirnya tidak mau membantu para pemberontak. Keinginan mereka untuk menguasai persenjataan Irak tidak dikabulkan oleh Amerika. Di sisi lain Amerika juga membiarkan Irak menyerang mereka.
Ketika Irak menarik mundur kekuatannya dari Kuwait, Amerika bersama Inggris menuntut pemberlakuan sangsi terhadap Irak. Irak dianggap telah melakukan perusakan-perusakan. Walhasil Amerika kemudian memberlakukan zona larangan terbang bagi Irak di wilayah utara dan selatan Irak. Semenjak perang teluk usai sampai sekarang, Amerika masih menempatkan  17.000-24.000 tentaranya di teluk persia.
Intervensi Amerika dan negara-negara Eropa, terasa atau tidak, sangatlah merugikan. Amat banyak korban harta dan bahkan nyawa yang harus menjadi konsekuensi dari perang. Banyak alibi Amerika untuk melegalkan intervensinya. Di antaranya Amerika Serikat hendak mendapatkan minyak dan mencegah terjadinya boikot kembali yang pernah dilakukan bangsa Arab terhadap negara-negara Eropa tahun 1973. Akan tetapi sebenarnya itu hanyalah satu dari alasan-alasan lainnya. Bahkan, menurut Francis Boyle, seorang kolumnis Barat dalam makalahnya yang bertema ‘Kejahatan Perang Internasional: Sebuah Usaha mencari Keadilan’ (27 Februari 2002) di Sekolah Hukum Albania, ia berpendapat bahwa gerakan intervensi Amerika dalam peperangan di Timur Tengah tidak lain hanyalah salah satu gerakan divide-and-conquer (farriq tasud) yang dilancarkan untuk memecah belah kekuatan. Gerakan ini pada akhirnya ditujukan untuk menguasai dan memonopoli minyak Timur Tengah, serta menyatakan hegemoninya terhadap kawasan tersebut.

Hubungan Amerika Serikat dan negara-negara Timur tengah lain

            Upaya amerika dalam mempertahankan hegemoni atas kawwasan timur tengah terus dipertahankan meskipun dalam prakteknya acap kali terlihat politik muka dua Amerika Serikat. Untuk menjaga hegemoninya Amerika Serikat tidak segan-segan memberikan bantuan dalam bidang ekonomi, teknologi, dan persenjataan secara besar-besaran. Bahkan kebijakan Amerika Serikat yang berkaitan dengan Timur Tengah banyak di nilai sebagai arah provokasi.
Lewat doktrinnya Eisenhower (5 Januari 1957), amerika mencoba masuk dan mulai mencampuri urusan-urusan negara Timur Tengah. Doktrin yang diterapkan untuk membendung masuknya komunis ini di anggap oleh sebagian negara teluk sebagai campur tangan Amerika Serikat dalam kebijakan dalam negeri negara teluk. Memang benar, Amerika Serikat pada masa itu lahir sebagai penjual senjata terbesar di tengah-tengah konflik Timur Tengah. Tidak mengherankan jika Amerika Serikat justru kembali menyerang siapa saja yang di anggap musuh meskipun hubungn bik sebelumnya telah terjalin.
Dalam memandang masalah-massalah di kawasan Timur Tengah Amerika Serikat mencoba menempatkan diri sebagai pahlawan, dalam kasus pertikaian antara mesir dan dunia arab, kedekatan Amerika Serikat dan Saudi Arabia turut berperan dalam kebijakan-kebijakan yang di ambil negara Saudi Arabia.  Bahkan Amerika Serikat di nilai bertindak berlebihan dalam memandang masalah iran dan irak dimana Amerika Serikat mendiskreditkan bahwa ia yang berhak menentukan kemana arah kedua negara tersebut berkembang.
Kaitannya dengan revolusi islam di iran, Prinsip politik luar negeri Iran pada era awal revolusi adalah La Syarqiyyah, La Gharbiyyah (tidak timur, tidak barat). Akibat penerapan prinsip tersebut, Iran diisolasi oleh ”dunia internasional” atas propaganda Amerika Serikat. Hanya Suriah dan Libya yang sejalan dengan Iran dalam perjuangan menentang Amerika Serikat. Pada massa konflik timur tengah yang membagi Timur Tengah ke dalam dua poros ini amerika bertindak sebagai teman dari irak dan negara-negara islam Timur Tengah lain yang anti radikalisme. Tercatat Iran telah mempermalukan Amerika Serikat dengan aksi penyanderaan 52 staf kedutaan besar Amerika Serikat di Teheran oleh sejumlah mahasiswa revolusioner pada November 1979.
Revolusi islam ini bermaksud ingin menghapuskan intervensi-intervensi barat di timur tengah. Namun hingga dewasa ini peran Amerika Serikat yang dominan dalam PBB baik langsung maupun tidak tetap berpengaruh dalam politik-politik luar negeri timur tengah.
            Usainya perang dingin, merubah pola percaturan politik dunia, hegemoni atas kawasan tertentu menjadi prestise mahal bagi negara-negara barat, oleh karenanya intervensi-intervensi barat sebagai negara-negara besar paska perang dingin mulai dilancarkan baik tersirat maupun tersurat. Amerika serikat sebagai negara besar yang menjadi poros teknologi militer dunia mulai masuk dan mengikutsertakan dirinya dalam masalah-masalah di timur tengah.
Kepentingan amerika serikat tersebut paling utama dilandaskan pada faktor ekonomi, di mana kawasan timur tengah merupakan kawasan dengan 70% cadangan minyak dunia. Melalui politik dominonya amerika mulai memecah belah negara-negara timur tengah, lebih-lebih kuasanya atas PBB semakin memperlancar persebaran hegemoni Amerika Serikat di kawasan ini.
Sampai saat ini kebijakan-kebijakan Amerika Serikat di Timur Tengah sangat Dominan, dengan mengatas-namakan Polisi Dunia Amerika Serikat terus menganggap bahwa radikalisme kecil di timur Tengah adalah ancaman besar dunia.
Kiranya kita bisa mengambil refleksi dari bahasan di atas bahwa berakhirnya perang dingin bukan berarti mengakhiri kekejaman Perang di dunia, karena sepertinya perang adalah sarapan pagi dunia dalam mencari siapa yang kuat, dia yang berkuasa.




 Referensi

Syambodo, Rifan. 2010.  perang teluk. Tersedia dalam http://warofweekly.blogspot.com/2010/09/perang-teluk.html  [20 April 2011]
Harsono, Adi. 2002.perang teluk babak II: untuk siappa?. Tersedia dalam http://www.indosnet.com/files/perangteluk.pdf  [20 April 2011]
Sudibjo, Wisnu. 2008. Pangkalan Militer Amerika di Timur Tengah Bukti Nyata Pengkhianatan Para Penguasa Arab. Tersedia dalam http://wisnusudibjo.wordpress.com/2008/06/21/pangkalan-militer-amerika-di-timur-tengah-bukti-nyata-pengkhianatan-para-penguasa-arab/  [20 April 2011]
Ja’far, Marwan. 2011.  Diplomasi Minyak Timur Tengah. Tersedia dalam http://economy.okezone.com/read/2011/04/28/ [20 April 2011]
http://zakariaelbilad.multiply.com/journal/item/26/IRAK_vs_AS_DALAM_KRISIS_TELUK_II Cecep Zakarias El Bilad[20 April 2011]
Kalsum, Umi. 2010. Wikileaks Bocorkan 400.000 Data Perang Irak http://www.vivanews.com/streaming/tvone  [20 April 2011]
Anonim. 2010. Keterlibatan AS di Timur Tengah Semata-mata Untuk Minyak. diakses dalam  http://tempatbagibagi.blogspot.com/  [20 April 2011]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jika tulisan ini kurang lengkap, lengkapilah. Jika salah, benarkanlah. Setitik komentar anda, adalah cermin bagi penulis untuk berusaha lebih baik